Banjarmasin, Sun FM Radio – Tujuannya agar karhutlah kalsel berkurang Sun People. Teknologi modifikasi cuaca (TMC) telah berakhir Ahad (30/7) tadi. Pemprov Kalsel mengusulkan agar masa hujan buatan itu diperpanjang. Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Kalsel, Pormadi Dharma mengatakan, surat usulan perpanjangan TMC ke Badan Nasional Pelanggulangan Bencana (BNPB) sedang diproses.
“Nanti surat akan ditandatangani gubernur,” katanya, kemarin (31/7).
BACA JUGA: Kepala Disdik Kalsel Muhammadun Kunjungi SMAN 7 Banjarmasin, Klaim Tidak Ada Bullying
TMC oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) itu masih diperlukan agar kawasan gambut di Kalsel tetap basah.
“Kalau kering bisa memicu karhutla,” ujarnya. Sebelumnya, Kepala BNPB Letjend Suharyanto juga meminta agar Pemprov Kalsel memasifkan TMC untuk menghadapi kekeringan akibat pengaruh El Nino. BPBD Kalsel mencatat, luas karhutla di provinsi ini sudah mencapai 753,73 hektare.
Terparah di Kota Banjarbaru, dengan luasan 264 ha. Disusul Kabupaten Tanah Laut 202 ha dan Kabupaten Banjar 193 ha. Manajer Pusat Pengendalian dan Operasional (Pusdalops) BPBD Kalsel, Ricky Ferdiyanto mengungkap, hingga akhir Juli 2023 tercatat ada 2.268 titik api yang muncul di Kalsel. Sementara itu, Kasi Perlindungan Kawasan Hutan Dishut Kalsel, Martison mengatakan, kawasan Taman Hutan Raya Sultan Adam semakin rawan terbakar.
“Cuaca yang kering akibat kemarau telah memicu kebakaran di kawasan hutan, terutama di daerah semak belukar,” jelasnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini lebih panas dari biasanya.
Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, Goeroeh Tjiptanto menyampaikan, dinamika atmosfer saat ini berbeda dengan tiga tahun terakhir.
Pada 2020 sampai 2022, terjadi kemarau basah atau kemarau dengan curah hujan di atas normal. “Sedangkan tahun ini musim kemarau dengan curah hujan di bawah normal,” ungkap Goeroeh.
(radarbanjarmasin.com)