Banjarmasin, Sun FM Radio – Pada Oktober 2023, wabah pneumnonia di China mengalami peningkatan terutama pada kasus respirasi anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, mayoritas kasus pneumonia di China disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.
Pneumonia sendiri sebenarnya bukan penyakit yang asing, termasuk di Indonesia. Namun, dokter spesialis paru-konsultan di RSUP Persahabatan Erlina Burhan mengatakan, di mana pun lokasinya, pneumonia sama-sama penyakit peradangan pada paru.
BACA JUGA: Mall Pelayanan Publik Akan di Bangun di Tanah Bumbu
Pneumonia adalah peradangan pada paru dengan gejala seperti demam dan batuk. Erlina menyebut, diperlukan tes swab untuk benar-benar memastikan penyebab pneumonia di China sama atau berbeda dengan yang banyak ditemukan di Indonesia.
Insiden pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae sebanyak 8,61 persen di dunia sebelum pandemi (2017-2020). Insiden kemudian menurun hingga 1,69 persen (2021) dan 0,7 persen (2022) seiring kesadaran akan protokol kesehatan.
Penularan Mycoplasma pneumoniae terjadi lewat droplet sehingga disebut airborne disease. Saat menginfeksi tubuh, gejala tidak langsung muncul. Bakteri ini memiliki masa inkubasi sekitar 1-4 minggu.
Gejala pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae berbeda antara orang dewasa dan anak. Berikut gejala pada orang dewasa:
- batuk yang bisa memburuk dan bertahan dalam hitungan minggu atau bulan,
- sakit tenggorokan,
- lemas,
- demam,
- nyeri kepala,
- efusi pleura (cairan abnormal pada rongga pleura).
Berikut gejala pada anak - bersin-bersin,
- hidung tersumbat,
- sakit tenggorokan,
- mata berair,
- mengi,
- muntah atau diare.